Pages

Tentang Keyakinan

Wednesday, July 17, 2019

Akhir-akhir ini dunia gemerlap ((GEMERLAP)) dihebohkan dengan berita convertnya Salmafina. Alasan hebohnya juga mungkin bisa dimengerti. Salmafina dulu pernah berhijab, bahkan sempat selama beberapa waktu menggunakan hijab yang syar'i. Dia juga dulu pernah menikah lewat proses (semi) ta'aruf dengan seorang hafidz, walaupun pernikahannya hanya bertahan sekitar tiga bulan. Selain itu, kedua orang tuanya juga saat ini sedang dalam proses 'hijrah' alias sedang lebih mendalami agama. Sehingga, walaupun kelakuan Salmafina akhir-akhir ini juga kurang begitu Islami, berita tentang convertnya tetap lumayan mengagetkan.

Btw, dulu gue pernah nulis tentang Salmafina. Bole dibaca dulu ya kakaaaak... #fakirtraffic


Reaksi gue? Kaget, ofkors. Tapi udah gitu aja. Ngga yang kaya terlalu menghebohkan atau menyayangkan kenapa pindah blablabla. Karena buat gue yaudah, itu pilihannya dan ngga ngerugiin gue ini. Toh dia memilih untuk convert setelah (katanya) melalui berbagai proses dan menemukan kedamaiannya di keyakinan barunya itu. Then, who are we to judge? 

Hasil gambar untuk who are you gif


Mungkin dia beneran menemukan rasa damainya di keyakinan barunya. Secara, beberapa tahun ke belakang bisa dibilang sebagai her darkest ages. Udahlah nikah dan cerai di usia muda, bapaknya penuh drama dan overexpose di sosmed, reaksi 'berlebihan' netijen saat dia buka jilbab, sampe video kobamnya yang viral dan konon katanya diupload temennya sendiri. Dia ngga gila aja, gue udah bersyukur. Kasian, di umurnya yang masih muda udah ditempa berbagai konflik.

Mungkin dia juga udah lelah dijudge kalau dia adalah contoh muslim yang tidak baik: buka jilbab, keluar masuk club malem, minum alkohol, dan party setiap hari. Jadi mungkin pikirnya, lebih baik sekalian aja gue ngga jadi muslim. Biar tindakan-tindakan gue ngga disangkut-sangkutin sama agama mulu.

Mungkin lhoooo...

Yang gue rada sayangkan justru reaksi berlebihan dari orang-orang. Yang menganggap seolah Salmafina udah 'tersesat'. Sesat menurut siapa? Mungkin iyaa sesat menurut orang-orang yang agamanya baru 'ditinggalkan' oleh Salmafina. Tapi untuk orang-orang yang berada di keyakinan yang sama dengan Salmafina sekarang? Bagi mereka, mungkin Salmafina sudah mendapat 'hidayah'. Ya sama seperti kita saat melihat Deddy Corbuzier menjadi mualaf. Segala puja dan puji kita haturkan kalau dia sudah mendapat hidayah. Coba pelan-pelan diliat dengan hati yang netral...

Hasil gambar untuk i'm calm gif


Gue sendiri sebenarnya kurang suka dan kurang nyaman kalau membahas agama. Apalagi, kalau udah menjudge agama atau keyakinan orang yang kebetulan berbeda dari kita. Buat gue, agama itu sifatnya sangat-sangat-sangat personal karena menyangkut hubungan kita dengan Yang Di Atas. Apalagi, pembicaraan tentang agama sekarang gampang banget dikaitkan sama berbagai hal, terutama politik. Agama ditambah politik? Fix, jadi topik yang paliiiing malesin buat gue.


Makanya, begitu kemarin beberapa temen gue di kantor bergumul ngobrolin agama (dan nyamber-nyamber ke politik sitik keknya), gue memilih untuk menarik diri dari gerombolan, memasang pods, dan mengencangkan volume musik di hape gue. Supaya apa? Supaya ngga kedengeran apa yang mereka omongin dan apa yang mereka debatin. Karena gue udah cukup tau, kalau telinga gue akan ngga nyaman ngedengernya. Gue cukup mengenal diri gue untuk tau kalau gue ngga suka apa yang dibicarain.

Hasil gambar untuk i cant hear you gif


Soalnya, terkadang perdebatannya bukan cuma antar agama, tapi juga intra agama tapi yang berbeda aliran. Misalnya nih, aliran Habib Rizieq versus aliran Quraish Shihab. Yang satu keukeuh kalau Islamnya adalah Islam yang paling bener dan sesuai kaidah. Yang satu lagi keukeuh kalau Islamnya adalah Islam yang cinta damai dan mau menerima perbedaan. Siapa yang salah dan siapa yang bener? Wallahu a'lam. Ngga ada yang tau jawabannya. Ngga ada yang tau keyakinan siapa yang paling 'bener'. Kehidupan ini bukan semacem UN yang ada kisi-kisi soalnya. 'Kunci jawaban' kehidupan mah masih jauuuh dari kita-kita semua. Kecuali, ngana udah pernah mati, dihisab, masuk surga atau neraka, terus balik lagi hidup di mari. Bolelah kasih tau kita-kita keyakinan apa yang paling bener dan amal ibadah mana yang nilainya paling tinggi.

Gambar terkait


Nah, karena belum pernah ada yang mati terus balik lagi ke sini, jadi semua yang ada di pikiran kita itu masih sebatas keyakinan. Agama itu keyakinan, politik itu keyakinan, aliran agama itu keyakinan. Kalau udah ngomongin keyakinan masing-masing, orang jadi cenderung militan, keras kepala, dan defensif. Jarang mau membuka hati dan pikiran ke keyakinan yang berseberangan dengan mereka. Pokoknya haqqul yakin kalo pilihannya pasti yang paling bener. Diriku suci, kalian kafir berlumur dosa.

Gue pun begitu. Mendengar atau melihat ada hal-hal yang ngga gue percaya, yakini, atau senangi di depan mata, gue pasti ngerasa ngga nyaman. Tapi yaudah, ngga nyaman aja dan mungkin menarik diri. Ngga lantas gue berusaha mempertahankan kepercayaan gue dengan beragumen. Mungkin karena gue orangnya males menghabiskan energi untuk berdebat, terutama untuk hal-hal yang gue rasa susah diubah. Lha wong kalo orang udah militan banget sama sesuatu ya kan bakal susah diubahnya. Sampe kadang gue pusing, ini jadi yang dibela siapa ya? Agama? Tokoh politik? Atau ego ngana masing-masing?

Hasil gambar untuk i'm confuse gif


Udah dulu ah. Ini orang depan meja gue bacotnya La Ilaha Illallah, pengen gue sambit pake kolor bekas. I'm really close to murdering someone. Bhay. 💢






No comments:

Post a Comment

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS