Pages

Fluna Diopname! -Part 2-

Thursday, May 16, 2019

Nyambung lagi, ya, dari yang kemarin. Yang belum baca, bolelebo dibaca duluuu, kakaaak...


Setelah melalui hari dan malam yang melelahkan, akhirnya pagi datang juga. Alhamdulillah, suhu Fluna pagi itu normal, setelah malemnya sempet memuncak lagi. Pagi ini gue menantikan visit DSA. Gue mau nanya-nanya tentang rencana terapi Fluna.

Dari awal, gue sebenarnya kurang sreg kalau Fluna diopname. Tapi karena pertama kali kejang dan harus diobservasi, okelah, boleh diobservasi di RS. Tapi gue kurang nyaman dengan Fluna yang harus dipakein infus. Okelah, leukositnya tinggi. Tapi anaknya masih aktif banget kok, nyusu masih mau banget, dan ngga ada tanda-tanda dehidrasi sama sekali. Jadi, kenapa harus diinfus? Apa ngga bisa masuk antibiotik oral aja?

Gue pun mengutarakan pendapat gue ke suster, dan ternyata suster menyampaikan 'pesan' gue ke sang DSA. Gue pikir, gue bisa berdiskusi dengan nyaman bersama sang DSA. Eh, ternyataaa, DSA-nya saklek banget, boook, seolah tak membuka ruang untuk diskusi. Dia malah bilang leukosit Fluna yang tinggi itu udah mengarah ke sepsis. Sedih akutuu... 😭😭😭

Setelah telponan sama DSA, gue berdiskusi lagi sama suami. Gue ungkapkan ketidaknyamanan gue tentang pilihan penanganan untuk Fluna di RS. Apalagi dengan dugaan diagnosis sepsis. Kok menurut gue ngga segitunya yaa? Suami gue pun menyarankan gue untuk diskusi dengan temen-temen gue yang (calon) DSA. Gue sampe lupa, kan gue dokter juga kan yaaa, punya banyak temen dokter kan yaaaa. Hahaha.

Yaudin gue diskusi via chatting sama temen gue. Dari hasil diskusi sama temen gue, gue bisa menyimpulkan beberapa hal:

- Pada bayi/anak, sepsis itu tidak hanya dilihat dari angka leukositnya. Melainkan juga dari adanya tanda-tanda gagal fungsi organ
- Leukosit yang tinggi pada bayi/anak bukan merupakan indikasi dari rawat inap. Indikasi rawat inap adalah kondisi umum bayi/anak yang tidak baik.

Ngga lama setelah chatting dengan temen gue, sang DSA pun visit. Nah gue sampaikan lah pemikiran-pemikiran dan hasil diskusi gue. DSA-nya sih mau dengerin, cuma kaya yang ngga bisa berubah lah keputusannya. Seolah yang kaya: okeee, lo mau ngomong apa gue dengerin, tapi ya tetep aja suka-suka gue yaaa.

DSA-nya bahkan bilang kalau anak gue udah SIRS dan menuju sepsis. Pas gue bilang kalo ngga ada tanda-tanda gagal fungsi organ di anak gue, jawaban dia begini...

"Di urine anaknya udah banyak banget leukositnya, bu. Itu berarti ginjalnya udah mulai gagal fungsi. Setelah ginjal nanti pencernaan akan menyusul gagal fungsi. Kalau anaknya udah mulai mencret, berarti udah gagal fungsi pencernaan tuh..."

WOW. 😱😱😱

Selama aku mengenyam pendidikan di dunia kedokteran dan membaca serta menganalisa puluhan ribu hasil medis orang saat bekerja, gue baru kali ini denger kalau leukosit yang banyak pada urine serta mencret adalah tanda-tanda dari gagal fungsi organ.

Sangking shock-nya, gue diem aja denger penjelasan dari DSA sampai kemudian dia berlalu. Permintaan gue untuk Fluna diperiksa darahnya lagi juga ditanggapi dingin. DSA-nya bilang, periksa darah ulangnya nanti saja, tiga hari setelah masuk antibiotik. DSA-nya juga bilang kalau kasus seperti Fluna ini (leukosit tinggi), harus tinggal lama di RS.

Mendengar penjelasan DSA kalau Fluna sepertinya masih harus tinggal lama di RS, suami gue pun balik ke rumah dulu untuk ambil beberapa barang. Gue pun sendirian menjaga Fluna dalam kondisi yang bingung dan galau. 😔😣

Gue tapi masih ngga menyerah. Dalam hati gue masih yakin kalau anak gue ngga SIRS apalagi sepsis. Masa iya gara-gara leukosit tinggi aja udah langsung didiagnosis gitu sih? Terus kalau ternyata memang mengarah ke situ, kenapa ngga cek darah ulang untuk tau progress leukositnya? Kalau katanya antibiotik IV bisa lebih cepat mengobati infeksi (hence, lebih cepat menurunkan leukosit), kenapa baru bisa diperiksa darah ulang setelah tiga hari? 😕

Gue pun mencoba searching-searching-dan terus searching sampai akhirnya menemukan blog DSA ini. Blog itu seolah menjawab semua keraguan gue. Yang harus kita obati adalah pasiennya, bukan hasil laboratoriumnya. Gue juga seolah mendapat kekuatan dan dukungan untuk kembali meminta Fluna untuk diperiksa darahnya kembali. Untungnya susternya bersedia melakukan pemeriksaan darah lagi, walaupun gue harus menandatangani pernyataan meminta pemeriksaan sendiri. Oke sini, gue tandatangan.

Ngga lama kemudian, suster laboratorium datang untuk mengambil darah Fluna. Untungnya, pengambilan darah 'cuma' dilakukan di jari sajaa, fyuh. Less drama lah, paling ngga. Hasilnya juga cepet selesai, kurang lebih satu jam dari pemeriksaan. Ternyataaa, leukosit Fluna sekarang adalah 23.000! Turun drastis! Yeay! 🙌🙌🙌

Melihat progress Fluna yang bagus, gue pun semakin optimis kalau Fluna bisa dirawat jalan dan minum antibiotik oral aja. Gue pun meminta ke suami untuk mengajukan permintaan pulang aja. Untungnya, kali ini sepertinya permintaan pulang kita ngga ditanya macem-macem sama pihak RS. Mungkin karena leukositnya Fluna yang udah turun drastis, mungkin juga mereka lelah menghadapi kita yang rewel, hihi. Monmaap yhaaa...

Malam itu, setelah menandatangani gunungan dokumen dan lepas-lepas infus (Fluna was so happy about this!), kita akhirnya bisa membawa bayi tercinta pulang! Senengnyaaaa, ngga terkiraaaa. Akhirnya bisa tidur di rumah lagi. Walaupun tentunya kita masih harus siaga satu banget karena kondisi Fluna yang masih dalam masa pemulihan. Bentar-bentar gue kebangun karena ngukur suhunya Fluna dan ngeliat apa gerak dan nafasnya masih normal atau ngga. 😅

Besoknya, Fluna kebetulan punya appointment dengan dr. Yovita di RSPI. Tadinya sih buat vaksin influenza yang kedua, tapi gue ganti jadi konsultasi karena sakit aja. Gue sekaligus mencari second opinion dari DSA lainnya nih.

Begini nih, hasil konsultasi dengan dr. Yovita:

- Tumbuh kembang Fluna baik, sesuai grafik. Kenaikan berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala juga oke.
- Dari tanda-tanda yang disebutin Cus, dr. Yovita yakin kalau Fluna kejang. Tapiiii, dr. Yovita ragu kalau suhu badan Fluna sebelum kejang hanya 37an°. Apalagi, malemnya Fluna sempet naik lagi suhunya sampai 39an°.
- Rekomendasi dari dr. Yovita adalah konsul ke DSA konsulen neurolog. Buat meyakinkan aja, kalau memang yang Fluna alami adalah kejang demam (mengingat suhunya meragukan) dan bukan gangguan otak atau saraf lainnya. Kalau ternyata memang kejang demam, berarti gue harus ganti termometer yang lebih ciamik!

Gangguan otak? Kok scary ya? Tapi yasudd, konsul ajaaa...

Gue pun membawa Fluna ke RSPI lagi hari Senin untuk konsul dengan Dr. dr. Dwi Putro, Sp.A(K), sang konsulen neurolog anak. Dari hasil pemeriksaan, alhamdulillaaaah, ngga ada hal yang abnormal dari Fluna! Tumbuh kembangnya dinilai bagus, apalagi si bayi juga udah bisa berdiri sambil tepuk tangan, hihi. Berat badannya juga udah naik lagi dari hari Sabtu kemarin. Oleh karena itu, bisa disimpulkan kalau Fluna memang kejang demam kemarin dan mamiyo harus beli termometer baruuu! Hahaha. 😹

Yang direkomendasiin adalah termometer infrared yang bisa ngecek suhu tanpa menyentuh kulit macem gini nih...

Hasil gambar untuk yuwell thermometer

Gue beli di Shopee seharga 300 ribu. Kalau di apotik atau drug store harganya bisa 800 ribuan euy! Ohya, termometer gue sebelumnya padahal ngga bapuk-bapuk banget. Gue pake termometer 3in1 yang bisa ngecek suhu di jidat, telinga, dll. Tapi ternyata, termometer itu kurang akurat kalau dipakai di bayi. Karena kan bayi gerak-gerak terus, ngga bisa diem waktu dicek suhunya, dan itu bisa mempengaruhi keakuratan pengukuran. Oke deeeh, noted, dok!

Jadi gimana kondisi Fluna saat ini?

Alhamdulillah, baeeeee. Masih minum antibiotik dan nanti harus cek darah dan urine lanjutan, tapi overall baik dan ceria bangeeet. Gue sekarang tapi jadi rada parno dengan mengabuse si termometer baru untuk ngecek suhu anak-anak gue sesering mungkin. Ya beta sudah keluar duit banyak, beta mau abuse lah itu termometer!

Akhirnya, kelar juga nih ceritanya. Lega juga hatiku. Kalau gue boleh berkata-kata, ini ada beberapa kesimpulan yang bisa gue tarik dari kejadian kemarin:

- Bayi perempuan rentan banget terkena ISK! Jadi harus kita perhatikan bener-bener kebersihannya. Harus rutin ganti pampers dan ngga cuma kalau pampers udah penuh atau berisi aja. Pampers yang kelamaan, walaupun belum kena pipis, bisa membuat kulit jadi lembab lho!
- Beli termometer yang bagus itu investasi kita lho, hihi. Jangan pelit sama kesehatan anak!
- Selalu sedia obat kejang (anti-convulsion) suppository di rumah. Kalau anakmu pernah kejang demam, malah ke mana-mana harus bawa obat itu yaa...
- Kalau anak pernah kejang demam, kali berikutnya dia kejang demam, ada kemungkinan 25% kejang akan terjadi lagi. So, be prepare!
- Leukosit anak yang tinggi itu memang penanda infeksi, tapi, ngga berarti selalu infeksi bakteri lho. Bisa aja infeksi virus yang ngga butuh antibiotik
- Selama kondisi umumnya masih bagus dan leukosit anak masih di bawah 50.000, itu bukan indikasi untuk rawat inap. Kalau udah di atas 50.000, itu udah masuk ke kondisi hiperleukositosis dan ada beberapa kekhawatiran yang bisa dipikirkan. Misalnya, kelainan darah atau leukemia.
- Finding second opinion always be a good idea. Itu hakmu sebagai pasien, dan ngga berarti dengan ngelakuin itu, kamu ngga ngehargain doktermu kok.
- Jangan lupa: banyak baca dan selalu nambah pengetahuan. Tapi, dari sumber yang bisa dipercaya yaa...

Sekian kisah panjang kali lebar dariku. Semoga tidak ada lagi episode kejang demam selanjutnya. Semoga anak-anak selalu sehat selalu. 🙏

Ciao!

No comments:

Post a Comment

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS